Minggu, 09 Januari 2011

Tahun Baru dan Reformasi PSSI

Tahun Baru kembali lagi harapan dan cita-sita masa lalu masih dapat diraih di tahun selanjutnya. Momentum ini sepatutnya menjadi refleksi kerja untuk masa depan yang lebih baik. Sepakbola Indonesia kembali mendapat perhatian publik. PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) adalah organisasi yang dituntut pertanggungjawaban dalam membina dan memajukan prestasi sepakbola Indonesia.





Kekalahan timnas Indonesia di final Piala AFF 2010 melawan Malaysia bukanlah sejarah akhir perjuangan sepakbola Indonesia. Timnas dengan para pemain yang penuh dengan semangat baru, baik pemain naturalisasi ataupun pemain asli Indonesia harus kita apresiasi sejak 19 tahun lamanya sepakbola Indonesia bermain tanpa prestasi. Skuad Garuda harus terus didukung dengan terus meningkatkan dukungan materil maupun moril.

PSSI  yang sejak lama dipimpin oleh para kaum tua harus segera dilakukan pembenahan. Kepemimpinan "status quo" sudah saatnya berganti dengan profesionalisme kerja. Beberapa kejadian opportunisme partai politik muncul menjadi penghambat tumbuhnya timnas Indonesia untuk maju atas nama bangsa Indonesia. Hal-hal yang terjadi seperti Nurdin Halid sebagai ketua PSSI yang memasang baliho gambar diri di Bukit Jalil merupakan hal yang tidak substansial dalam memberi dukungan ke timnas.

Nurdin yang lekat dengan partai Golkar dan mengajak para pemain timnas sowan ke kediaman Aburizal Bakrie adalah tindakan yang tidak lazim sebagai ketua federasi sepakbola. Opportunisme parpol semakin kuat ketika para pemain dieksploitasi dengan beberapa jamuan kunjungan ke tokoh politik negeri ini. Seharusnya PSSI sama-sama sadar bahwa masyarakat tidak akan menilai prestasi sepakbola di kaitkan dengan hubungan kepentingan Parpol.

Narsisme para tokoh politik negeri ini sangat terlihat ketika PSSI membuka peluang keuntungan tiket Final. SBY yang memiliki otoritas sebagai seorang pemimpin bahkan tidak dapat berbuat banyak dan hanya mampu mengimbau PSSI untuk tidak menaikkan tiket final. Aburizal Bakrie pun ikut andil mengambil momentum untuk meminta diturunkannya harga tiket akibat kerakusan PSSI yang untung miliaran.

Di beberapa surat kabar juga terjadi beberapa hal yang tidak substansif terkait dengan banyaknya politisasi citra atau "cari muka" di momentum sepakbola. Tokoh-tokoh Parpol lain yang juga "mejeng" di Bukti Jalil antara lain Hatta Radjasa (PAN), Ical, dan bahkan Presiden SBY dengan spanduk berwarna biru.

Nasionalisme sepertinya hanya dimiliki oleh para pemain dan suporter di negeri ini. Prestasi Parpol sebagai pemain di "Liga Demokrasi" selama ini tidak mencerminkan prestasi yang baik. Prestasi "tim Parpol" seharusnya tidak mencampuri timnas yang berkembang baik dan berusaha memajukan bangsa ini. Pengakuan Nurdin bahwa bukan SBY yang menyuruh saya menurunkan harga tiket tetapi Ical adalah penghianatan seorang profesional yang tunduk oleh otoritas politisi.

PSSI sebagai organisasi sepakbola nasional seharusnya lebih baik dalam menjalankan fungsi dan peran kongkret dalam memberikan prestasi di kompetisi domestik. Sedangkan "Liga Demokrasi" yang tidak mendapat apresiasi yang layak dan kehilangan citra di masyarakat seharusnya sadar dan membenahi diri masing-masing dengan prestasi kemenangan dengan gol welfare state. PSSI harus tegas dalam menjalankan fungsinya dalam memajukan sepakbola bangsa ini.

PSSI harus membersihkan diri dari para pengurus yang terlibat aktif dengan para elit politik yang mencoba menghegemoni citra dan prestasi sepakbola nasional. Kasus seperti Nurdin adalah contoh ketidakprofesionalan seorang pemimpin di organisasi yang seharusnya berjuang atas nama bangsa bukan pemimpin parpol. Bangsa ini butuh politisi dan negarawan yang berjuang bukan atas nama golongan. Perlu bagi kita semua untuk andil ide dalam membenahi PSSI agar mampu mengfungsikan diri sebagai organisasi yang layak memajukan sepakbola Indonesia.

Pertama, PSSI harus dibersihkan dari para pengurus yang selalu tunduk dan terhegemoni oleh kepentingan parpol. Pengurus PSSI adalah mereka yang mau berjuang sepenuhnya bukan atas nama tokoh tertentu dan bermain citra di depan layar media. Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang lambat laun semakin cerdas menilai mana kepentingan atas nama kelompok atau bangsa. Pembersihan pengurus yang penuh dengan karakter opportunis ini diharapkan mampu menjaga pengaruh buruk dari parpol yang haus citra positif di depan rakyat Indonesia dan membersihkan PSSI dari conflic of interest (konflik kepentingan) berbagai pihak.

Kedua, pemerintah bersama program PSSI harus mampu memaksimalkan anggaran yang dimiliki secara efektif dan efisien. Selama ini PSSI seharusnya berterimakasih dengan kemandirian sepakbola daerah yang menolong peran PSSI dalam menjaring bakat pemain daerah. Industri mulai sangat diperhitungkan menjadi kemandirian ekonomi bagi sepakbola negeri ini. Mulai dari kebutuhan organisasi suporter, para anggota mania tim di daerah sampai produksi atribut timtelah menjadi industri yang sangat menguntungkan.

Selain itu dana, dari perusahaan yang siap mensponsori tim adalah modal ekonomi yang akan akan menjadi salah satu faktor mamajukan sepakbola kita. Kita juga menyadari para kapitalis asing memanfaatkan para buruh di Indonesia untuk dipekerjakan membuat produk mulai dari seragam, sepatu sampai atribut  internasional di produksi di Indonesia. Dari produk Nike dan Adidas yang dijual mahal di internasioanal, dalam kenyataannya buruh Indonesia menjadi sumber daya manusia penyumbang keuntungan terbesar perusahaan tersebut. Upaya pemerintah menata ulang kebijakan para investor negeri ini dan mereformasi PSSI dengan pengurus yang profesional adalah kunci untuk memajukan sepakbola indonesia.

Di Tahun Baru ini sepakbola negeri ini mulai menampakkan kebangkitannya secara alami dan nyata. Sudah selayaknya para pemimpin negeri ini menyambut dan memberi apresiasi yang lebih terhadap prestasinya. Semangat Garuda akan menjadi spirit baru bagi kebanggan indonesia di kancah nasioanal. Semangat tahun baru menjadi semangat untuk mereformasi PSSI dan manajemen dan sistem sepakbola indonesia. 
"Garuda di Dadaku, karena kita yakin suatu hari nanti pasti menang..." 
Selamat Tahun baru 2011 tetap semangat bergerak tuntaskan perubahan!



sumber : beritabola.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar